Zaman semakin maju, perubahan terus berlangsung. Ada dua pilihan yang diperhadapkan, yaitu: bertahan atau terelemisasi dari proses perubahan tersebut. Sejarah dunia telah menunjukkan sering terjadi pergolokkan sosial – kemasyarakatan, antara yang tidak merindukan perubahan (konservatif) dan yang merindukan perubahan (modernisasi).
Sebuah kata bijak mengatakan : “tidak ada yang permanen selain perubahan”. Dan tentu saja saat yang tepat untuk berubah adalah SEKARANG. Itu juga memiliki makna : setiap kali raih peluang! Mungkin ini sekedar akronim. Namun, marilah dibayangkan, betapa berharganya waktu yang telah dilewati. Waktu tidak bisa dibeli dan tidak dapat didaur ulang. Sadar atau tidak, setuju atau tidak, segala sesuatu akan tetap berubah dan terus berubah. Saat ini, mungkin banyak pribadi-pribadi yang terancam kehancuran karena tidak mampu menghadapi perubahan. Goethe, seorang filsuf Jerman berkata, “kita harus senantiasa berubah, memperbaharui, meremajakan diri sendiri. Kalau tidak, kita akan mengeras”.
Suatu perubahan sikap dimulai dari titik perubahan atau pembaharuan cara berpikir. Untuk mengalami terobosan baru dalam pemikiran, diperlukan suatu momentum tertentu. Suatu peristiwa, tantangan, kesulitan atau bahkan bencana sekalipun bisa menjadi sebuah peluang untuk mengalami terobosan dalam pembaharuan pikiran. Menyadari bahwa perubahan terus berlangsung, maka diperlukan adaptasi kepada perubahan tersebut. Hasil berinteraksi dan penyesuaian terhadap perubahan dapat membangun dan menyatukan pola pikir, pola sikap dan pola tindak untuk meneropong masa depan dengan visi. William James seorang psikolog mengatakan, penemuan terbesar di generasi ini ialah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikap berpikirnya. Cara berpikir terbentuk dari pengetahuan yang dipelajari dan pengalaman yang dialami.
Masa depan adalah sebuah impian, hari esok merupakan suatu permulaan. Meskipun senantiasa masih mengandung misteri dan seribu tanda tanya. Selagi masih dapat disebut hari esok, itu berarti masih tersedia kesempatan untuk memulai sebuah awal yang baru, suatu langkah yang lebih baik dari kemarin. Memulai momen awal selalu menimbulkan kegairahan tersendiri. Ada tantangan baru dan harapan yang terbesit dalam hati, memenuhi ruang angan-angan.
Proses regenerasi adalah sebuah siklus perubahan. Dari pendahulu kepada pendatang atau dari yang lebih tua kepada yang lebih muda. Timbul pertanyaan?? Siapkah sejumlah keberlanjutan dari perubahan dapat dikerjakan oleh pemuda?? Estafet pada semua lini dan aspek pasti digengam. Antara tanggung jawab dan kemampun seyogianya harus berbanding lurus. Dibutuhkan attitude, science, knowledge, skill yang profesional sehingga terwujud efektifitas, efisiensi dan produktifitas atas sejumlah peran dan tanggung jawab yang diemban dan dikerjakan. pemuda atau pelanjut dan pengisi proses perubahan adalah merupakan sebuah impian. Impian tersebut harus dibangun dalam sikap dan pemikiran visioner. Artinya, sangat dibutuhkan pemuda dengan sejumlah dreams tentang kehidupan masa kini dan yang akan datang. Dari dreams tersebut dapat membentuk struktur pikir yang handal untuk menyatukan ide – konsep – praktis.
Pemuda, baik secara individu atau pula berasosiasi, akan terdistribusi pada panggilan kerjanya. Suka atau tidak suka, ini era generasi muda. Angkatan yang penuh dengan kompetisi. Kesiapan diri melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan lainnya adalah modal dasar. Era kompetitif menuntut adanya kompetensi yang disertai dengan moralitas yang benar dan mentalitas yang kuat. Konstruksi pemikiran pemuda harus dibangun dalam struktur pikir yang terinternalisasi pada diri pemuda. Struktur pikir tersebut berangkat dari sebuah pembentukan integritas diri dan pemahaman ideologi yang komprehensif dan holistik. Agar ada batasan peristilah yang jelas, maka integritas dalam konsepsi sederhana dikatakan bahwa antara perkataan dan tindakan harus ada keserasian. Sedangkan ideologi merupakan ide-ide yang teratur mengenai bermacam-macam masalah politik, ekonomi dan sosial; asas haluan; pandangan hidup.
Ruang dan kesempatan telah ada didepan mata, raihlah! Semua pemuda sedang berada dalam sebuah perlombaan kehidupan dan hampir sebagian pemuda telah terrekrut pada dunia kerja. Realitas dunia kerja menuntut adanya akulturasi pikir dalam frame sebuah institusi atau organisasi. Melihat realita, dunia kerja yang menjanjikan adalah dunia kerja politik. Ada ekspresi, pencitraan sosial, pristise, aktualisasi diri dan juga kompensasi atas jasa yang tinggi nilainya. Terstruktur dari pusat sampai kepada daerah. Lembaga perpolitikan hampir diwarnai dengan perbandingan prosentase berimbang antara pemuda dan pendahulunya. Inilah realitas akulturasi pemikiran, interaksi – komunikasi politik, pengalaman dan kemantangan politik, quasi perpolitikan pada sisi yang lain.
Apapun wujudnya, pemuda tampil sebagai individu-individu yang dituntut meliliki komitmen dan langkah serta berdedikasi sebagai penggerak perubahan. Pemuda dan perpolitikan, harus dipahami dalam etika yang wajar, bahwa politik bukan saja teknik untuk berkuasa, tetapi yang dituntut adalah etika untuk mengabdi. Antara pemuda – ideologi – politik harus diintegrasikan menjadi kekuatan. Belajar dari pengalaman sejarah, Soekarno dulu mampu menggetarkan panggung dunia melalui pemikiran dan pidatonya karana dilandasi ideologi yang tertanam kuat. Begitu juga mahasiswa menumbangkan rezim orde baru karena dilandasi ideologi perjuangan revolusionernya.
Modernisasi telah memaksa adanya lompatan sosial, dari tradisional kepada modern. Adalah fenomena dan realitas sosial yang harus diterima. Pertanyaannya? Sejauhmana transisi yang dibangun untuk menjembatani lompatan kondisi tersebut? Siapakan yang berperan mengkonsolidasikan transisi tersebut?? Berbagai trend kehidupan, seperti pragmatisme, hedonisme, individualisme, dan borjuisme, mungkin dapat merapuhkan kebiasaan-kebiasaan yang original dan tangguh. Sikap dan pemikiran pemuda dapat saja mengalami asimilasi dan mengeser substansi ideologinya.
Para pemuda yang ada dalam dunia politik atau lazim disebut para politisi muda, dapat saja menuai kerapuhan ideologinya. Paradoksial antara ideologi dan efek perubahan dapat memposisikan politisi muda dalam gaya hidup yang glamour? Menikmati dalam aras sederhana, setidaknya aktivitas sosial dalam entitas dan konteks politisi muda. Mungkin saja bukan sebagai entertanier borjuis, tetapi sebagai manusia yang haus harta, tahta dan wanita dan popularitas kelas amatiran yang laten.
Reformasi telah memberi keterbukaan dan kesempatan. Pada area politik, animo pemuda untuk terjun langsung dalam proses perpolitikan penuh dengan antusias. Saling berlomba untuk mencapai target politik dikerjakan baik secara individu tetapi juga dengan berkooperatif. Alhasilnya dapat dilihat pada lembaga legislatif dengan representasi pemuda yang hampir dominan. Ini menandakan bahwa, pemuda bukan menjadi pendukung dan pelengkap dari pelaku politik pendahulu, tetapi pemuda menyadari bahwa terdapat sejumlah potensi yang mampu memberikan kepastian dan keunggulan yang berpihak kepada pemuda. Dalam semangat reformasi tersebut, segala bentuk perubahan harus pelakunya adalah pemuda. Reformasi telah menjadi titik awal kebangkitan pemuda. Afiliasi pemuda dalam dunia politik terstruktur dari pusat sampai daerah, ini dapat memberikan kemungkinan dan juga peluang, pemuda yang berada di daerah dengan sejumlah kwalitas yang handal tidak saja berkompetisi pada wilayah politik lokal, tetapi dapat memberi kemungkinan menjadi kompetitor politik pada wilayah politik nasional.
Wujud reformasi yang lain, telah memberikan warna dan konfigurasi politik yang tidak bias gender. Ada pemerataan dan kesempatan yang sama diberi kepada perempuan untuk terlibat dalam proses politik dan berani mengaktulisasi diri. Regulasi yang diberlakukan memberikan penegasan sehingga menjamin perempuan untuk berada dalam ruang politik dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses politik. Tidak dipungkiri “tabu” politik menjadi steriotip kepada perempuan. Dalam kurun waktu yang lama perpolitikan mengalami bias gender dan perempuan hanya menjadi penyumbang suaru kepada lelaki. Reformasi yang diawaki oleh pemuda telah berimplikasi langsung kepada perempuan.
Perempuan dari segi kwalitas hampir setara dengan lelaki. Namun berbanding terbalik dengan kwantitas, bahwa perempuan mendominasi sebagai konstituen. Dari regulasi yang ada, institusi politik telah menjadi warna yang berbeda dengan adanya keterwakilan perempuan. Diharapkan bahwa ada sebuah pemahaman dan kesadaran konstituen dalam menentukan pilihan politiknya dan tidak menjadi anggapan keterwakilan perempuan hanya merupakan pelengkap dari pemberlakuan aturan.
Perempuan dan politik dapat dikatakan memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Seperti sedang dilakukan niaga politik dan telah terlihat hasilnya, keterwakilan perempuan pada lembaga legislatif perlahan namun pasti mampu memberikan keyakinan dan pengaruh sehingga mendapat apresiasi tinggi dari publik. Artinya perempuan telah turut terproses dengan baik. berawal dari kemampuan membuka keterisolasian dan kesiapan diri, didukung dengan kemampuan pikir dan dinyatakan dalam tindakan untuk mempengaruhi agar mendapat dukungan serta legitimasi. Ada skeptis, bahwa perempuan belum teruji dalam perpolitikan. Menjawab hal tersebut harus dilalui dengan kerja dan peran yang mampu memposisikan perempuan sebagai corong komunikasi yang tangguh dengan sejumlah pemikiran-pemikiran yang dapat diterima dan diyakini oleh publik.
Akhirnya diketahui, bahwa lembaga legislatif didominasi oleh politisi muda. Ada sejumlah harapan ditujukan kepada politisi muda, bahwa dengan didukung semangat muda, sikap kritis, tidak terkontaminasi dan idealis, para politisi muda mampu menjadi pilar terdepan memberikan keteladanan ideologi yang mampu merubah cara pandang dalam dunia perpolitikan. Upaya mewujudkan kedewasaan (marture) dalam berpolitik adalah merupakan sebuah harapan bersama yang dinantikan dan dialami oleh publik. Setiap kompetisi politik dari pra – pasca – sesudah diharapkan dan harus diperlihatkan penuh dengan sikap kedewasaan. Pilihan politik selalu ada dan pasti berbeda, namun perbedaan tersebut tidak mesti dibedakan dalam sikap dan tindakan politik seperti pematian karakter, membatasi ruang dan pergerakan politik, menutupi akses politik, teror dan intimidasi. Beberapa hal yang disebutkan pernah menjadi kebiasaan politik sehingga membuat wajah perpolitikan jauh dari sikap kedewasaan. Perubahan yang berlangsung, telah mendorong terwujudnya cara pandang politik dengan kesantunan dan beretika. Politisi muda menjadi pilar terdepan dengan sejumlah kekuatan mendorong pentahapan politik dari delitimasi terhadap resim yang berkuasa – konsolidasi – transisi – kedewasaan (marture). Pengaruh mempengaruhi harus mampu diterjemahkan dalam rangka mengaktulisasi nilai-nilai substantif sehingga mampu mengalihkan mindset publik melalui pikir, sikap dan tindakan politik yang baru dengan lebih rasional persuasif.
Realitas kekiniaan, menunjukkan bahwa hampir sebagian politis muda terjebak dalam pemikiran sempit dan mengalami kecenderungan dis – orientasi nilai, kelabilan sikap dan tindakan, serta belum siap. Realitas peradaban tidak didukung dengan ketanguhan diri politisi muda. Modernisasi seharusnya dimaknai secara menyeluruh dan objektif. Kesalahan-kesalahan masa sebelumnya masih terus terulang. Partai politik sebagai media penyalur politisi hampir dapat dikatakan GAGAL dalam perspektif komparasi untuk mengkontribusikan kader dengan kwalitas terbaik. Pada internal partai politik masih dibenturkan antara kultur lama (etika) dengan kompetensi yang datang karena efek perubahan. Partai politik hanya terlihat perannya, ketika ada deklarasi partai politik, HUT partai politik dan memontum politik. Hal ini mungkin saja dibenarkan dari sudut pandang lain atau juga bagian dari pola masa lalu.
Tuntutan masa kini dan yang akan datang, bahwasannya partai politik harus menjadi institusi kuat, solid dan mampu melakukan perampingan struktur dengan asumsi miskin struktur dan kaya fungsi. bahwa struktur tersebut harus lebih efektif, dinamis membaca dan beradaptasi dengan tuntutan yang diakibatkan dari sebuah perubahan. Sebagai bagian dari masyarakat, partai politik juga diharapkan mampu merencakan dan merealisasikan berbagai program dan kegiatan yang menyentuh langsung dengan kebutuhan. Sebagai contoh, partai demokrat tampil sebagai partai pertama yang memodernisasi diri dengan mendorong pemuda menjadi public figur, public speaking dan public relation. Ini pembelajaran nyata dan sedapat mungkin memberikan pengaruh langsung kepada partai-partai politik lainnya.
Setidaknya ada pembudayaan baru. Partai politik tampil sebagai institusi dengan semangat perubahan yang dilandaskan kepada visi dan kompetensi. Memposisikan pemuda sebagai wujud alih generasi kepemimpinan adalah dampak nyata modernisasi tersebut. Disamping itu pula partai politik harus bertanggung jawab menjadi penyalur kaderisasi pemuda dalam perpolitikan dengan sejumlah kesiapan yang tangguh dan memadai. Politisi muda yang diharapkan adalah politisi muda yang tidak kehilangan identitas dirinya karena sebuah asimilasi, tetapi politisi muda yang diharapkan adalah politisi muda yang memiliki karaktek dan profesionalisme. Karakter yang dimaksudkan adalah karekter sebagai kekuatan, landasan, dan sebuah jaminan. Sedangkan profesionalisme yang dimaksudkan adalah berdisiplin, berakuntabilitas, beretika dan memiliki kompetensi. Kesatuan nilai ini harus terinternalisasi pada politis muda, sehingga dapat sukses dan tahan uji dalam masa transisi menuju kepastian masa datang.**
Oleh Muhammad Rifai Darus, SH
(Ketua DPD KNPI Provinsi Papua)
Politisi Muda Kekinian
Posted by PAKET VIAT on 01.57
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar