selamat datang di official Blog Paket VIAT untuk Kabupaten Lembata

Energi Fosil versus Energi Alternatif (Catatan, menyertai studi banding panas bumi di Bandung)

Hingga saat ini, Indonesia masih bergantung pada BBM fosil (solar, bensin, minyak tanah) sebagai energi penghidupan. Padahal energi alternatif cukup menjanjikan; panas bumi (geothermal) juga biomassa (biomass), tenaga matahari, tenaga laut, tenaga angin dan tenaga baterei.



Cerita energi alternatif, teringat alm. Rudolf Diesel, penggagas yang memperkenalkan motor-bakar ciptaannya yang digerakkan dengan bahan bakar minyak nabati sebagai energi alternatif. Sayang, penggagas itu harus tewas secara misteri, terjatuh dari fery diatas teluk Inggris tahun 1913. Banyak spekulasi terhadap tewas alm. Rudolf, diduga adanya persekongkolan jahat dari para pemain kartel minyak dunia yang merasa terancam dengan temuan Rudolf atas energi alternatif. Alm. Rudolf menjadi catatan dan permenungan kita, ketika kita diperhadapkan antara energi fosil versus energi alternatif. Adalah menarik jika kita mencoba menarik benang kuningnya; antara pemodal dan penguasa yang terelaborasi dengan negara-negara adikuasa yang berada dalam jaringan/pemain kartel minyak dunia (energi fosil) ini.



Sekedar catatan juga kita berandai-andai dengan menarik benang kuning dalam memotret distribusi minyak fosil dunia, siapa sebenarnya yang lebih berkuasa (adikuasa/adidaya) atas bisnis setan ini; salah satunya adalah terbaca atas ketidakadilan dalam pembagaian antara negara kaya dan negara miskin, utara dan selatan, negara maju dan baru berkembang, bekas penjajah dengan bekas negara jajahannya. Tahun 1995; total konsumsi energi sekitar 5,7 milyar penduduk dunia adalah 362,24 kuadrilyun BTU (British Thermal Unit). Penduduk Amerika Utara dan seluruh Eropa yang hanya 20,1% dari total penduduk dunia mengkonsumsi 59,1% energi dunia, Afrika dan Amerika Latin yang 21,4% dari total penduduk dunia hanya mengkonsumsi 10,3%, Jepang sendiri yang hanya berpenduduk 2,2% dari total penduduk dunia mengkonsumsi 5,9% energi dunia, negara kaya timur tengah yang penduduknya 3,7% dari penduduk dunia, mengkonsumsi 4,6%. Bandingkan dengan gabungan negara-negara Asia Timur, Selatan dan Tenggara, Oceania dan Australia yang berpenduduk 53,6% dari total penduduk dunia hanya mengkonsumsi 20,7% energi dunia, lambang ketidakadilan global. (Laporan Congressional Research Services (CRS) tahun 1985 dan 2003 kepada Komite Energi di Kongres AS).



Dengan catatan itu, diperkuat dengan tidak berjalan normalnya proyek energi alternatif di Indonesia walau memiliki prospek, menjadi alasan begitu sinisme rakyat terhadap proyek ini yang periode akhir-akhir ini di Lembata/NTT menjadi diskursus penting soal energi panas bumi, dengan adanya gerombolan studi banding ke Bandung pekan lalu. Sinisme rakyat adalah terkait keseriusan Jakarta (grup Jakarta) yang menjalin sekutu bisnis (barter ekonomi-politik) dengan kelompok kapital kakap yang dikenal sebagai pemain kartel minyak dunia, apa begitu serius untuk mengoptimalkan energi alternatif yang salah satunya adalah panas bumi, ataukah serius tapi hanya bertopengkan energi alternatif tapi dibalik dari itu adalahi agenda liberalisasi dengan model terbaru yang akan pula menohok batang leher kita dikemudian hari.



Energi alternatif di Indonesia begitu prospek, termasuk di NTT. Panas bumi di Bajawa/NTT sudah lebih dari sepuluh tahun tercecer tanpa kepastian (produktif), kini Lembata mendapat giliran setelah PT Weslindo Utama Karya tampil sebagai pemenang tender atas proyek pengeboran panas bumi di Desa Watuwawer, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata yang mengalahkan rival utamanya PT Merukh Atadei Enterprices. Semoga ini tidak hanya menjadi proyek dan kata-kata indah, dengan hanya mencari kenikmatan baru dibalik proyek ini. Tapi, aksi produksinya harus bermanfaat buat rakyat. Jika ini benar-benar terjadi, maka 2000 kilo liter atau sama dengan dua juta liter BBM fosil (masing-masing solar, bensin dan minyak tanah) yang setiap bulan disuplai oleh pertamina masuk Lembata menjadi kehilangan total. Relahkah pertamina dan kroninya yang bermain dibalik jargon pertamina ini melepas pergikan rezeki Tuhan yang mengalir ratusan milyarsetiap tahun dari Lembata? Lalu siapakah dibalik pertamina itu?.Jika ditelusuri, maka lagunya semakin panjang.



Selain 2juta liter dari Lembata yang dipasok pertamina setiap bulan, dari cacatan JEIT tahun 2005 untuk kota Kupang/NTT, pertamina membawa keluar uang dari kota Kupang dari pengguna BBM sekitar Rp.1.551.560.600.000, angka yang begitu fantastis melebihi 300% dari APBD kota Kupang. Secara keseluruhan total pemakaian BBM di NTT sebesar 5,4 milyar atau sekitar 500 juta liter per tahun. Akan tetapi pertamina sebagai penyalur BBM tidak mampu memberikan layanan dan jaminan atas ketersediaan BBM yang memadai, sering terjadi kelangkaan dan ketidakadilan dalam pendistribusian antar wilayah/kepulauan. Hal ini tidak sebanding dengan penyedotan uang triliun rupiah milik rakyat dan membawah keluar dari NTT.



Perhitungan logis demikian dalam takaran bisnis atau barter ekonomi-politik oleh para pemain minyak fosil, membuat kita begitu ragu dengan usaha penerapan energi alternatif di Indonesia oleh grup Jakarta yang dikendalikan oleh kementrian ESDM termasuk saat ini di Lembata untuk panas bumi.



Alasan lain; Indonesia sendiri, menjadikan energi BBM fosil sebagai sumber pendapatan devisa negara yang dianggap besar. Tahun 2001/2002 sekitar 35-41% disedot sebagai pendapatan/devisa negara. Sekalipun grup Jakarta menyadari implikasinya, disatu sisi untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar dunia walau harus terjadi penghisapan besar-besaran pada negara yang kaya akan MIGAS, tapi disisi lain energi BBM fosil nasional kita sudah begitu mengkhawatirkan dan terancam ambruk karena cadangan terbatas.



Laporan Kasubdin Konservasi Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Maryan Ayuni ((Effendy Syarif, 2004).) cadangan produksi minyak bumi Indonesia hanya bertahan hingga 10 tahun, gas alam 30 tahun, dan batubara 50 tahun. Cadangan semakin berkurang, sementara konsumsi energi nasional meningkat pesat (rata-rata 10% per tahun). Hal itu adalah peringatan yang serius terhadap kita bukan semata ketakutan akan habisnya cadangan energi tapi jauh lebih mengkhawatirkan adalah dampak pemakaian dan ikutan lainnya. Karena pembakaran bahan bakar fosil sangat rentan terhadap pengubahan susunan dan kandungan gas-gas yang berada dilapisan (atmosfir) bumi dan akan berakibat pada peningkatan suhu rata-rata diseluruh dunia. Tahun 1998 adalah sejarah bumi terpanas disepanjang sejarah, hal ini mengingatkan kita akan peristiwa Elnino, kemarau panjang dan kebakaran hutan secara besar-besaran di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi ditahun tersebut. Demikian pula menguatnya isu pemanasan global (global warming) yang terjadi sebagai gejala rumah kacapun semakin memanas sebagai dampak ikutan.



Olehnya itu, panas bumi Lembata yang saat ini menghadapi pengeboran sebagai bentuk eksplorasi diharapkan dapat diproduksi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan rakyat. Agar pula sekitar kurang lebih 1milyar yang digunakan oleh Anggota DPRD Lembata dan gerombolan pekan lalu dalam lawatan studi banding panas bumi di Bandung tidak dianggap sebagai sampah daerah. Karena 1milyar untuk ukuran Lembata yang gersang lahan layaknya gurun Sahara di Afrika sangat memiliki arti yang bermakna.Tapi jika studi banding itu berhasil dan membuat panas bumi Lembata itu menjadi produktif, maka alangkah indahnya rakyat Lembata dalam menikmati energi panas bumi - pengganti energi fosil dan kita jauh lebih hemat ratusan milyar setiap tahun yang kita sumbangkan kepada pertamina. Pertanyaannya, apa pertamina begitu/harus ikhlas dan rela? Wallahu a'lam...



Semoga bermanfaat...

Akhmad Bumi

1 komentar:

quawanicarabkin mengatakan...

Slots Casinos - Mapyro
Looking for the best slots casinos in New York City? 광주광역 출장샵 See 2211 slot machines from 사천 출장안마 more than 90 top providers and see our detailed 삼척 출장안마 reviews of 부산광역 출장샵 the 고양 출장샵 top casino

Posting Komentar

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.